Pesta Demokrasi Kampus, GmnI Larang Kadernya Mengatasnamakan GMNI

Suasana diskusi dan evaluasi GMNI Komisariat Fisip Unitri, Malang, Kamis (10/5).

Lpm-Papyrus.com - Menjelang pesta demokrasi kampus ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Komisariat Fisip Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang, Bung Young menegaskan bahwa kader GMNI tidak direkomendasikan untuk terlibat dalam politik kampus mengatasnamakan GMNI Komisariat Fisip, Malang, Kamis (10/5).

Dalam rapat evaluasi GMNI Komisariat Fisip, Youngky menyampaikan alasan larangan penggunaan nama GMNI dalam politik kampus. Menurutnya ader harus fokus belajar untuk lebih memahami ideologi GMNI dan melihat persoalan bangsa saat ini.

"Melihat kondisi kader khususnya GMNI Komisariat Fisip, banyak yang tidak memahami ideologi, sehingga hal itu dapat memberikan dampak negatif bagi kader  dalam praktik kader sendiri, banyak kader lebih memahami politik praktis dibandingkan memahami sebuah ideologi," tegas Youngky dalam rapat evaluasi tersebut.

Hal serupa di ungkapkan oleh Sekertaris GMNI Komisariat Fisip Yohanes Hanoe dalam rapat evaluasi tersebut, menurut Johan, GMNI sebagai organisasi Ekstra tidak ikut terlibat dalam pesta Demokrasi Kampus, oleh karena itu kader GMNI dilarang untuk ikut terlibat dengan mengatasnamakan GMNI.

"GMNI bukanlah partai politik, tapi GMNI sebagai wadah untuk kita belajar dan membangun kesadaran generasi muda untuk melihat dan memahami  persoalan bangsa dan membangun Indonesia di masa mendatang, sebagai organisasi Ektra kampus maka kita tidak punya hak untuk terlibat dalam menyikapi pesta demokrasi kampus dengan mengatasnamakan GMNI, jelas Johan.

Salah satu alumni GMNI, Rico Ricardo, menyampaikan harapan besarnya agar kader-kader GMNI tetap mempertahan GMNI sebagai organisasi yang independen dan bersih dari intervesi pihak-pihak alumni, Rico berharap kader tidak hanya memahami Marhaenisme secara teoritis namun harus praktikan melalui aksi-aksi nyata dalam masyarakat.

"Kader GMNI mestinya tidak memahami ideologi GMNI dari satu sisi, tetapi teori dan praktik harus seimbang, sebagai wadah kader harus memanfaatkan ini sebagai kesempatan untuk belajar menggali potensi diri, sehingga bisa menjadi calon-calon pemimpin masa depan yang bisa membawa Indonesia menuju arah yang lebih baik lagi," jelas Rico ketika mengevaluasi pengurus. (barros)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.