Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0, Skill Guru Diperlukan

Suasana berlangsungnya diskusi

Lpm-papyrus.com- Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim Manggarai (FOKUSIMMA) Malang mengadakan diskusi rutinan. Tema yang menjadi bahan diskusi kali ini adalah "Meningkatkan Mutu Untuk Menjadi guru yang Profesional dan Komponen di Era Revolusi 4.0". Diskusi tersebut berlangsung di Caffe Probibi, Sabtu (30/11).

Diskusi tersebut menghadirkan pemateri yang masih berstatus sebagai mahasiswa aktif di Kampus Teknologi Informatika Asia Malang. Saat ditemui di lokasi Yusran berharap, seusai penyampaian materi seluruh peserta dapat membuka pikirannya masing-masing.

"Setelah selesainya penyampaian materi audiens atau teman-teman bisa membukakan pikiran masing-masing, sebagai guru di era 4.0 ini harus memiliki tiga hal. Yang pertama bahasa dunia, kedua menguasai teknologi dan informasi, serta yang ketiga menguasai bahasa coding atau bahasa komputer," jelasnya.

Salah satu perwakilan CO Biro Pendidikan dan Kebudayaan FOKUSIMMA Siti Ratmiayati mengatakan, tujuan dari tema diskusi tersebut ialah memberikan pemahaman kepada generasi milenial saat ini bahwa untuk menjadi seorang guru harus mempunyai skill.

Tujuan kami mengangkat tema

"Meningkatkan Mutu Untuk Menjadi Guru Profesional dan Kompoten di Era Revolusi 4.0", untuk memberikan keahlian dan tanggung jawab untuk memiliki rasa intelektual, sosial, sehingga mengatasi tantangan global. Makanya kami dari Biro Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai inisiatif  mengambil tema ini sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi antara  pengurus, dan anggota baru ataupun senior FOKUSIMMA," jelasnya.

Siti Ratmiayati juga menambahkan usai penyampaian materi, ia jadi lebih paham terkait generasi bangsa yang harus memiliki banyak pengetahuan.

"Setelah penyampaian materi, saya paham apa yang telah disampaikan olehnya. Bahwa kita sebagai generasi bangsa harus memiliki pengetahuan lebih banyak di luar skill kita. Seperti  kutipan dari Bapak Pendidikan "Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah" begitu kata Ki Hadjar Dewantara," pungkasnya. (devita)