Bedah film Dokumenter, Sutradara Indonesian Stories: Seni Pendekatan Narasumber Menjadi Kunci Sukses Dokumenter

Founder Equater Cinema Sekaligus Sutradara Indonesian Stories, Taufan Agustian (sebelah kanan) 

Papyrus - Dalam rangka meningkatkan wawasan terkait dunia perfilman dokumenter, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang hadirkan pemateri dari Equator Cinema Jumat, (13/01).

Kegiatan tersebut berlangsung dengan  menonton Film Dokumenter Indonesian Stories yang berjudul "Wirasa Jathil Jelita". Film ini  merupakan salah satu film karya dari Equator Cinema sebagai bagian dari series perempuan dalam seni pertunjukkan. Kemudian berlanjut dengan diskusi pembedahan film.

Dalam Diskusi tersebut pemateri selaku Founder Equator Cinema sekaligus Sutradara Indonesian Stories, Taufan Agustiyan mengungkapkan  didalam proses memproduksi sebuah film dokumenter bermula dengan melakukan riset terhadap objek maupun subjek kasus yang kisahnya menarik untuk diangkat menjadi film dokumenter.

"Khususnya buat para film maker pemula, untuk memproduksi film dokumenter harus memperhatikan hal ini yang paling utama, yaitu melakukan riset terlebih dahulu baik secara objek maupun subjek kasus yang tentunya menarik untuk diangkat," ungkapnya saat diskusi bedah film berlangsung pada Rabu, (12/01).

Ia menambahkan, didalam proses riset itu sendiri, seorang film maker harus pandai dalam menggali informasi dari narasumber secara bertahap dengan menciptakan rasa nyaman tanpa mengintimidasi sang subjek atau narasumbernya.

"Saat kita riset itu, awalnya kita hanya ngobrol-ngobrol dahulu layaknya teman biasa. Kita gali informasinya secara berlahan tanpa mengintimidasi subjeknya. Apabila kita menemukan kisah yang menarik dari hasil sharing tersebut, baru kemudian kita lakukan tahap selanjutnya," tambahnya.

Meskipun terlihat tampak mudah, namun sebagai seorang sutradara profesional yang sudah akrab memproduksi film-film dokumenter ini mengaku tetap memiliki beberapa tantangan dan kesulitan yang dihadapi dengan narasumbernya terutama pada saat masa pra-produksi.

"Narasumber kita itukan ada banyak tipe ya, ada yang suka banyak ngomong dan mengalir saat kita ngobrol secara langsung tanpa kamera, akan tetapi begitu ada kamera, tiba-tiba tidak bisa ngomong. Ada juga yang sebaliknya. Yah, sebenarnya memproduksi film dokumenter ini susah-susah gampang dan pandai melakukan treatment tersendiri terhadap narasumber. Karena kita tidak bisa memaksa mereka saat mereka memang tidak ingin difilmkan kisahnya," paparnya.

Sutradara yang akrab disapa Taufan ini juga menjelaskan bahwa pantangan yang dilakukan oleh seorang film maker khususnya di bidang film dokumenter adalah tidak melakukan transaksi dengan narasumber.

"Seorang film maker juga, alangkah baiknya tidak melakukan transaksi dengan narasumbernya, agar  narasumbernya sendiri tidak membatasi kisahnya dan juga mereka akan lebih terbuka untuk berbagi kisah dan informasi dengan kita. Ya, biar tidak setengah-tengahlah. Contohnya,  kami  pada saat pra produksi dengan narasumber itu, sama sekali pantang untuk melakukan transaksi uang dengan narasumber. Hal ini kita hindari karena menurut kita bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan agar kita bisa mengukur keikhlasan dari seorang narasumber untuk membagi ceritanya secara terbuka dengan dengan kami. Paling yang kami lakukan adalah memberikan seberapa saja sebagai ucapan terimakasih," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa uang transaksi dan uang ucapan terimakasih itu berbeda maknanya. Biasanya hal ini juga sering menjadi salah paham dari beberapa pihak.

"Biasanya orang suka salah  pemahaman ya, terkait antara uang transaksi dan uang ucapan terimakasih. Kalau uang transaksi itu biasanya di awal pra produksi di sebutkan nominal angka dengan narasumber dan terjadi juga negoisasi harga dengan narasumber. Sementara uang ucapan terimakasih itu, seperti kita memberi seiklasnya saja kepada narasumber karena telah meluangkan waktu dan mau berbagi cerita dengan kita juga," tegasnya. (Yovina Selin) 

2 komentar:

  1. Terima kasih kawan-kawan Papyrus sudah meliput kegiatan Himakom. Semangat untuk kawan-kawan Papyrus 🔥

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.