ILMU KOMUNIKASI : FILTERISASI EFEK MEDIA


By : Zammil
Lpm-papyrus.com - Media merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manusia untuk saling bertukar informasi. Selain memiliki fungsi entertain, education, information media juga memiliki fungsi menjembatani aspirasi komunikator terhadap komunikan. Dengan adanya media masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah tanpa harus sungkan atau getir ketimbang berhadapan langsung dengan mereka.

Media pada awalnya adalah sahabat masyarakat. Namun saat ini berubah menjadi monster yang sangat menakutkan. Pesan-pesan propaganda, pencitraan partai dan semacamnya detembakkan lewat media. Pesan komunikator yang ditembakkan lewat media, ke komunikan memiliki efek luar biasa terhadap perubahan bangsa. Dengan amunisi pesan yang ditembakkan lewat media. Komunikator bisa mencuci jutaan otak manusia berpaling dari ediologi, adat dan budaya-nya sendiri tanpa mereka sadari. Hal tersebut akan menggerogoti bangsa Indonesia dan menjadi virus yang mematikan karekter bangsa secara perlahan. Sampai bangsa ini kehilangan jatidirinya sebagai bangsa itu sendiri.

Saking besarnya efek yang ditimbulkan media. Kaisar Napoleon yang jago politik dan perang pernah mengatakan “saya lebih takut menghadapi satu pena wartawan  dari pada seribu bayonet musuh” (Syaifulanshor.wordpress.com 2015) ungkapan tersebut hiperbolik bagi kita, tapi tidak bagi Kaisar Napoleon Bonaparte yang telah membunuh banyak tentara musuh. Hal ini perlu kita ingat di dalam otak kita. Dengan satu peluru yang ditembangkan lewat media massa, pada 2 Desember 2016 yang lalu, 7,5 juta ummat muslim dari berbagai daerah turun jalan ke Jakarta menuntut keadilan (detiknews.com 2016) karena agamanya merasa dilecehkan, padahal mereka hanya dijadikan alat untuk mendapatkan jabatan.

Pada masa pemilihan presiden periode Jokowi VS Prabowo media memilki peran yang sangat besar dalam kemenangan tersebut. Jokowi dengan republik Twitter-nya mampu mempengaruhi masyarakat Indonesia sehingga memenangkan pemilihan tersebut. Saddam Husein dihukum gantung oleh tentara Amerika karena komunikator menimbakkan pelurunya ke media massa dengan mengatakan bahwa “Irak memiliki senjata pemusnah massal. Padahal hal ini hanyalah dalih negara adikuasa untuk membunuh musuh-musuhnya” (Muhaimin, intrernational.sindows.com 2014).

Saat ini media sudah menjadi sahabat kaum feodal. Kesetaraan gender yang diperjuangkan pada tahun 60-an oleh kaum wanita dari berbagai kampus menjadi sia-sia. Perjuangan penghapusan kelas pun demikian. Komunikator telah menembakkan racun  pencuci otak terhadap bangsa kita.

Media telah menggambarkan wanita cantik adalah wanita yang memiliki kulit putih, bertubuh seksi dan berpakaian mini, hal ini telah membuat kelas pada sisitem sosial masyarakat. Ini disebabkan media telah men-stimuli otak kita sehingga  “persepsi sering mengelabuhi kita. Itulah yang disebut perceptual. Kita merasa dunia datar, padahal bulat” (Mulyana  Deddy 2008). Laki-laki tanpan adalah laki-laki bertubuh kekar. Padahal semua ketampanan dan kencantikan adalah relatif, penilayan kecantikan wanita dan ketanpan peria yang digambarkan oleh media tersebut adalah penyeragaman rasa yang dimuat dengan pesan iklan.

Uang dijadikan simbol kebahagiaan dalam media (Posmoderen). Sehingga tak sedikit wanita yang menjual kehormatan untuk mendapatkan kebahagiyaan dengan uang. Dengan media, para kaum-kaum kapitalis mudah memperkosa negeri kita yang bertubuh molek seperti artis Siti Nurbaya. Oleh sebab itulah "saya membagi ilmu pengetahuan yang dititipkan Tuhan kepadaku, untuk kalian".

Masyarakat kita yang notabene belum mendapatkan pendidikan yang merata Tidak bisa menyaring pesan-pesan media yang tidak baik terhadap dirinya dan negerinya. Apalagi sekarang marak informasi hoax seperti kematian JUPE, penampakan awan berdo’a dipemakaman UJE, UfO melancong di Bali selama satu jam dan vidio "Malaikat Jatuh Di Citos". Banyak sekali berita hoax di media massa. Informasi itu jangan ditelan mentah-mentah, harus ada pem-filteran yang signifikan agar tidak membunuh kebenaran informasi. Salah satunya masyarakat atau kader bangsa harus mendapatkan pendidikan yang rata untuk mendapatkan filter yang baik.

Wajib belajar 12 tahun harus segera diterapkan, (psmk.kemdikbud.go.id) jangan hanya menjadi retorika di ruangan bermeja. semua bangasa kita harus mendapatkan pendidikan yang rata jangan hanya anak pejabat saja. Hal ini selain untuk menghilangkan kebodohan bangsa, juga untuk penyaring efek negative media yang merajalela, agar mereka tidak beranggapan bahwa pesan yang disampaikan oleh media semuanya baik, dan tidak pulah semuanya berdampak buruk. Bangsa kita jangan sampai  apatis terhadap informasi yang ada.

Akan tetapi tidak semua ilmu efektif untuk menjadi filter efek media. Ilmu yang paling efektif untuk mem-filter efek tersebut, saya kira adalah Ilmu Komunikasi. Kerena amunisi yang ditembakkan oleh media itu sendiri merupakan produk dari ilmu tersebut.

Dalam Ilmu komunikasi mempelajari berbagai hal diantaranya. Periklanan, Komunikasi Lintas Budaya, Komunikasi Politik, Komunikasi Publik, Filsafat Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Retorika Publik Speaking dan Komunikasi Sosial Budaya. Sedang teori-teori yang dipejari di dalamnya adalah. Agenda Setting, Jarum Hipodermik, Johari Window, Dramaturgi, teori Lasswel, teori Gunung Es dan teori Behaviorisme yang di cetuskan oleh John B. Watson pada tahun 1878. Teori yang saya sebutkan diatas, saya rasa sudah cukup untuk memaparkan keefektifan Ilmu Komunikasi sebagai filter efek media yang baik.

Media menembakan amunisinya tidak terlepas dari teori Agenda Setting. (Di dalam yearrypanji.wordpress.com 2008) Denis McQuail (2000: 426) mengutip Agenda Setting sebagai “process by which the relatve attention given to items or issues in news coverage influences and attribution of public significance. As an extension, effects on public policy may accur”. Setiap pesan yang dipublikasikan oleh media semuanya sudah di perhitungkan dampak yang akan ditimbulkan oleh senjata tersebut. Pengemasan pesan-pesan diracik dengan sempurna supaya ketika ditembakkan mengenai sasaran yang diinginkan. Di dalamnya mengandung teori Jarum Hipodermik, jarum suntiknya memang ada di luar. Tetapi rucun-rucun yang disuntikkan akan menstimulus otak kita agar mempercayai dan mengikuti pesan yang tersirat.

Efek Media
Pesan yang disampaikan oleh media mempengaruhi psikologi komunikan “komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera keotak, pada peristiwa penerimaan dan pengelolahan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme” (Fajar Marhani 2009). Efek yang akan ditimbulkan pertama kali adalah efek kognitif  yang kedua efek afektif sedangkan yang terahir adalah efek behavioral.

1. Efek kognitif, menurut Siti Kurlina (di dalam Taqiyuddin Muhammad 2007)“adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya”. Kita akan diperkenalkan oleh media dengan budaya baru, tempat dan benda baru yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan adanya media kalian bisa tahu seperti apa bentuk Kapal Selam, Tank Amfibi dan Gondom. Media juga memperkenalkan budaya baru, seperti berdandan ala artis, atau kebarat-baratan. Sekalipun kita tidak pernah ke Cina, Hongkong, Amerika dan Rusia. Dengan adanya media kita bisa tahu kebudayaan mereka. Berkat media pulah kita mengenal yang namanya Isis yang digambarkan sebagai pemberontak bercardar muslim.

2. Efek afektif, efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif, tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberi tahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu. Tetapi lebih dari itu setelah mengetahui imformasi yang diterimanya khalayak diharapkan dapat merasakannya (Rahkmat Jalaluddin 2007).  Kita dituntun bisa merasakan apa yang yang terdapat di dalam pesan media, kita akan merasa simpati. Contoh dasarnya, di saat kita nonton film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wiijck”. Otak kalian akan diseret dalam cerita tersebut sehingga kalian memiliki perasaan simpati terhadap tokohnya. Atau jika kalian melihat Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi mencetak gol. Kalian sebagai penggemarnya akan merasakan kebahagiyaan juga. Eriska Reinisa, yang memiliki paras cantik dari lahir, dijadikan bintang iklan "Ponds". Agar kalian ter-sugesti dengan kencantikannya.

3. Efek Behavioral, merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan (Rahkmat Jaluddin 2007). Kalian sudah mendapatkan informasi dan kalian sudah bisa simpati, atau merasakan apa yang dirasakan penyampai pesan. Maka kalian akan diarahkan untuk melakukan yang terdapat di dalam pesan media tersebut. Dengan bentuk perilaku atau tindakan. Kalian yang sering nonton sinetron romantisme maka kalian akan cendrung melakukan tidakan seperti yang terdapat di dalam film tersebut. Hal ini akan membuat kalian sering berkhayal. Sebab kehidupan bukanlah "Dramaturgi".
Oleh karena itu berhentilah atau kurangi menonton film sinetron romantisme yang tidak masuk akal. Semua pesan yang terdapat di dalam media adalah penggiringan perubahan Mendset  kalian. Hidup kita diarahkan melakukan seperti apa yang dilakukan di dalam media. Jika kita paham Ilmu Komunikasi, kita akan dapat membedakan yang fakta dan yang fiktif. Dalam film terkadang mengangkat kisah nyata, tapi hal tersebut hanyalah simulasi dari kisah yang ditambah dan dikurangi agar menarik perhatian penonton. Efek yang ditimbulkan diarahkan sesuai dengan keinginan sutradara.

Dengan belajar Ilmu Komunikasi kita akan mengetahui bahwa Iklan produk tujuanya adalah pemasaran. Iklan partai dan perusahaan adalah pencitraan. Film aksi adalah propaganda. Efek negatif  media harus segera diatasi dengan belajar Ilmu Komunikasi. Agar tidak semua pesan dikonsumsi lagi. Dengan mengetahui tujuan pesan media tidak akan menakutkan lagi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.