Peduli Literasi, IKAMATRI Siap Guncangkan Panggung Dengan Tarian Rangkuk Alu


Foto Istimewa 
Lpm.papyrus.com - Wujud kecintaan terhadap daerah dan dunia literasi, mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Manggarai Tribhuwana (Ikamatri) siap mengguncang panggung amal dengan Tarian Rangkuk Alu, bertempat di Lapangan Badminton Rajabasa Malang, pada Minggu 11 November mendatang.

Tari Rangkuk Alu merupakan salah satu dari  sekian banyak tarian tradisional yang berasal dari Manggarai, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam memainkan tarian ini diperlukan bambu sebagai alat yang difungsikan untuk mengkreasikan gerak dan musik sebagai pengiring sehingga menghasilkan kreasi dengan ciri khas tersendiri.

Koordinator bidang hubungan masyarakat (Humas) organisasi daerah (Orda) Ikamatri, Tini Pasrin menjelaskan tari Rangkuk Alu adalah tarian yang sudah diwariskan secara turun temurun, biasa dimainkan menjelang musim panen tiba.

"Sebagai orang Manggarai kami biasa memainkan tarian ini sebagai wujud syukur atas berkah Tuhan Yesus berupa hasil pertanian dan perkebunan," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya kebutuhan manusia, menurut Tini tarian tersebut tidak lagi dimainkan saat musim panen tiba melainkan bisa dimainkan sebagai tarian untuk menghibur tamu atau dimainkan saat event-event kebudayaan tertentu.

"Kalau sekarang sudah tidak lagi berfokus di hasil pertanian dan perkebunan tetapi juga bisa untuk menghibur. Seperti kemarin ditampilkan di Parade Budaya Unitri," tambahnya.

Tim tari Ikamatri sedang latihan tarian Rangkuk Alu - (Ist)
Agar lebih menarik dan mudah untuk dipahami, tim musik dan tim tari Ikamatri mencoba memberikan sajian konsep yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Konsep tradisional rasa modern diangkat dalam tarian ini dimana musik tradisional dikombinasikan dengan musik modern, pakaian tradisional dikombinasikan dengan tata rias modern. Selain itu, lagu pengiring tarian ini tidak hanya menggunakan bahasa daerah saja tetapi juga akan dikombinasikan dengan bahasa Indonesia dengan instrumen yang sudah didesain sedemikian rupa.

"Kali ini kami akan membawakana konsep yang baru. Kami akan padukan konsep tradisional dengan konsep moderen.Kami bukan hanya memperkenalkan budaya kita saja. Tetapi kita juga ingin budaya kita dapat dipahami," tutup mahasiswa ilmu komunikasi yang masih semester 3 itu.

Selain gerakan rumit yang gampang-gampang susah ternyata tarian ini menyimpan kisah unik di dalamnya. Tarian yang dimainkan dengan cara menggerakkan batang bambu  yang sudah disusun bertindihan untuk menjepit kaki penari yang berada di dalam susunan bambu tersebut, umumnya dimainkan oleh remaja laki-laki dan perempuan. Masyaraka Manggarai percaya bahwa ketika kaki perempuan dan laki-laki terjepit bambu saat memainkan permainan ini maka mereka adalah jodoh.

"Sebenarnya tarian ini juga bisa digunakan untuk mencari jodoh, karena kebiasaannya mereka yang kakinya terjepit itu kemudian nanti menikah apalagi terjepitnya pas malam purnama" jelas Moris sebagai salah satu anggota Ikamatri saat diwawancarai Papyrus.

Ia juga menambahkan bahwa disamping memiliki keunikan, tarian Rangkuk Alu juga memiliki nilai-nilai filosofis seperti melatih kelincahan dan ketepatan bertindak dalam menyelesaikan permasalahan, mengambil keputusan serta mengandung nilai spiritualitas yang hanya bisa dipahami oleh orang Manggarai saja.

"Kami berharap teman-teman yang dari luar NTT mengetahui bahwa kami juga memiliki kebudayaan yang patut untuk kami banggakan" lanjut Moris selaku tim musik tarian ini.

Terakhir Moris berpesan kepada seluruh mahasiswa Unitri yang berasal dari Manggarai, bahwa melestarikan budaya  dengan turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan positif merupakan wujud dari rasa cinta kepada daerah Manggarai. Tidak hanya sampai disitu saja, hal tersebut juga sudah menjadi amanah dari leluhur  dan wajib untuk dijalankan.

"Sebagai pemuda Manggarai telah mengalir darah Manggarai dalam tubuh kami. Oleh sebab itu kami harus terus melestarikan budaya-budaya kami. Seperti pepatah yang mengatakan "NEKA HEMONG KUNI AGU KALO"  yang dalam bahasa Indonesia "Janganlah pernah lupa akan kampung halaman," pungkasnya. (ovi)

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.