Dekan Faperta Raih Pemakalah Terbaik ll pada ABI di Universitas Negeri Mataram

Indonesia
Foto bersama setelah Seminar Nasional dan Kongres ABI- Ist
Lpm-papyrus.com- Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri)  Malang, Dr. Ir. Amir Hamzah, MP berhasil menjadi pemakalah terbaik ll dalam kegiatan Kongres Asosiasi Biocar Indonesia (ABI)  yang diadakan di Universitas Negeri Mataram pada tanggal 15-16 November 2019 dengan judul makalah “ Penggunaan rumput Eleusena Indica dan Sonchus Arvensis untuk Remidiasi Logam Berat Kadmium (Cd)”. Sabtu (30/11).

Seminar tersebut diikuti oleh beberapa dekan dari setiap Universitas yang kemudian dibentuk menjadi beberapa kelompok atau grup dan dipilih presenter terbaik dari masing-masing kelompok. Pemakalah terbaik l adalah Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mataram dan pemakalah terbaik ll adalah Dekan Pertanian Unitri Malang dan pemakalah terbaik lll adalah Dekan Pertanian Universitas Palangkaraya.

Dekan Fakultas Pertanian Unitri,  Dr. Ir. Amir Hamzah, MP mengatakan, dunia saat ini termasuk Indonesia telah berkembang yang namanya central multiculture. Dimana dibeberapa tempat termasuk daerah-daerah di Jawa Timur sudah terindikasi tercemar logam berat kadmium yang membahayakan manusia jika mengkonsumsi tanaman sayuran yang terserap logam berat tersebut.

"Jadi begini, selama ini di dunia termasuk Indonesia adanya central multiculture yang sangat berkembang saat ini, termasuk beberapa daerah di Jawa Timur beberapa central multiculture itu sudah terindikasi tercemar logam berat yang dinamakan kadmium. Logam berat kadnium ini kalau ada di dalam tanah diserap oleh tanaman, kemudian manusia memakan makanan tersebut paling berbahaya," jelasnya, Sabtu (30/11).

Amir Hamzah juga menambahkan cara mengatasi logam berat tersebut, dapat dilakukan dengan cara penanaman tanaman-tanaman liar yang tidak layak di konsumsi sehingga logam berat tersebut dapat terserap dan tanahnya dapat digunakan untuk menanam tanaman yang layak dikonsumsi.

"Lalu bagaimana cara untuk menurunkan logam berat tersebut, yaitu dengan cara menanam tanaman liar yang tidak layak dimakan untuk  bisa menyerap logam berat yang ada pada tanah tersebut, kemudian setelah tanahnya sudah aman, bisa kita pakai untuk menanam sayuran. Ada tiga proses penyelesaian kadmium  yaitu secara fisika, kimia dan biologi.  Secara fisika dan kimia membutuhkan biaya yang sangat mahal, sedangkan secara biologi hanya dengan menggunakan tanaman dan biayanya murah dan mudah dilakukan." Ungkapnya saat ditemui diruangannya.

Dekan Fakultas Pertanian itu juga mengatakan, dengan adanya makalah penelitian tersebut ia berharap  petani dapat menggunakan dan mengadopsi cara-cara yang ada yang bisa menghemat biaya.

"Setelah melakukan penelitian, saya berharap hal ini dapat membantu para petani dalam mencegah tanah yang mengandung logam berat kadnium dengan cara yang sangat sederhana tanpa mengeluarkan biaya yang mahal," pungkasnya. (sharli)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.