Memperingati Hari Ibu, GMNI FISIP UNITRI Adakan Dialog

Malang
 Ketua DPC GmnI Malang menyampaikan sambutan - Tini
Lpm-papyrus.com- Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang menggelar kajian dialog di Gedung Olahraga Unitri, pada Minggu (22/12).

Seminar tersebut diadakan dalam rangka memperingati hari Ibu. Dialog lintas Ormawa tersebut mengkaji Perempuan era Revolusi 4.0 dari perpektif Marhainisme.

Ketua pelaksana, Veronika B. Kelen melaporkan kegiatan tersebut melibatkan mahasiswa UNITRI kurang lebih 300 peserta. "Ada kurang lebih 300an peserta yang hadir. Sisanya adalah tamu undangan dari berbagai organisasi mahasiswa," terangnya.

Sedangkan ketua komisariat, Siprianus Bengo Ole dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan saja moment untuk mencari SKK melainkan harus betul-betul mencerna materi yang di berikan agar perempuan khususnya di Unitri mampu berkontribusi bagi bangsa dan negara.

Lebih jauh, ketua DPC GMNI Malang,  Kaitanus Angwarmas menegaskan bahwa perempuan di era revolusi 4.0 harus berjuang untuk hak-haknya.

"Perempuan harus bangkit dari segala kezoliman dan ketertindasan. Karena perempuan sering realistis, lebih berimbang dan lebih beradab dalam pendekatan di bandingkan lelaki. Maka perempuan harus sadar jangan sampai menjadi budak atau korban Industri 4.0," tegas pria yang sering disapa Bung Yongki ini.

Hal senada di sampaikan salah satu pemateri, Dr. Tantri Barara.

"Saya sangat mengharapkan bahwa perempuan hari ini harus menjadi pelopor bangsa dan tanah airnya, dan tidak mudah goyah dengan godaan zaman yang memanjakan ini," tegasnya.

Seminar yang dimulai pukul 08.00 WIB tersebut membagi bahasan ke dalam dua bidang. Bidang Budaya dikupas oleh Jati Kusumo dan dari sudut pandang Sarinah yang dibawakan oleh Dr. Tantri Barara.

Sejarah Hari Ibu

Tanggal 22 Desember merupakan hari diselenggarakannya kongres perempuan pertama. Semua perempuan dari seluruh organisasi wanita di Indonesia berkumpul.

Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu.

Hal ini karena pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia. Sehingga hari ibu sebenarnya bukan hanya untuk para ibu tetapi bagi semua perempuan.

Sehingga tidak salah ketika dialog lintas ormawa GmnI melihat hari ibu bukan hanya tentang seorang perempuan yang telah menikah/memiliki anak. Akan tetapi hari ibu merupakan hari perempuan Indonesia. Dimana revolusinya dibutuhkan kerjasama dari semua elemen masyarakat. Tetapi paling terutama, perubahan sekecil apapun itu  harus dimulai dari perempuan itu sendiri.
Selamat hari ibu, perempuan Indonesia. (tini/epak/apriliana)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.