Kehadiran Covid-19 Merubah Sistem Beribadah

Gereja, tempat beribadah orang Kristen (Gambar:http://Floreseditorial.com) 


Papyrus- Dampak virus Corona membuat aktivitas kehidupan manusia diubah dengan banyak tata cara yang berbeda-beda dari konteks ajaran yang sebenarnya, terutama dalam aktif berinteraksi dan beribadah.

Salah satu mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Katarina Jaghung yang beragama Kristen Katolik mengatakan kehadiran Covid-19 membawa sejarah baru ditengah umat Allah untuk tidak beribadah bersama didalam rumahnya. Dia mengaku merasa sedih karena tidak dapat menerima Tubuh Kristus.

"Perasaan saya seakan-akan kita jauh dari Tuhan, saya seperti tidak ada kegembiraan yang sama seperti sebelumnya. Sebelum terjadi covid-19 ini kita semua umat Allah berkumpul dalam rumah-Nya. Kita saling memberikan tanda damai dan bersalaman terhadap satu sama lain," ucapnya.

Katarina juga mengatakan untuk sementara dia mengikuti misa live streaming di rumah dan juga perayaan besar Agama Katolik (Paskah) di tiadakan secara fisik berkumpul di gereja, mengingat adanya Covid-19.

"Kita tidak boleh berpasrah, menyerah dan jangan berputus asa. Mukjizat Tuhan ada, kita bisa mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi di rumah secara live streaming," tuturnya

Adapun pernyataan dari Katarina bahwa  
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat harus benar-benar bekerjasama dalam mengatasi wabah covid-19 agar bisa merayakan misa bersama dalam rumah Tuhan.

"Karena menyambut tubuh Kristus dalam beribadah Kristen Katolik adalah hal yang paling penting/inti dalam beribadah," katanya.

Salah satu mahasiswa muslim, Desi Kurnia mengatakan sedih akibat penyebaran luas covid-19, terutama sebagai seorang muslim harus bisa sadar dengan memandang dari keimanan.

"Sebagai seorang muslim dengan kejadian ini kita harus sadar bahwa makhluk sekecil virus mampu menggemparkan seisi dunia membuat banyak nyawa melayang. Kita harus melihat dari kacamata keimanan karena tidak ada satupun peristiwa di dunia ini terjadi selain kehendak-Nya," pungkasnya.

Dalam agama Islam kebiasaan beragama yang sebagian di ubah adalah sholat Jumat, berjamaah bahkan sebagian masjid telah di kunci, membuat aturan yang demikian bukan hal yang menjadi solusi sebagai penganut agama Islam yang sebenarnya.

"Banyak yang saya ketahui tentang larangan dalam agama Islam selama terjadi covid-19 seperti sholat Jum'at tidak di perbolehkan, berjamaah. Bahkan lebih parahnya ada sebagian masjid yang dikunci, sebagai seorang muslim semua itu menentang hukum fikih dan itu bukan solusi karena tidak dalam aturan Al Qur'an," jelasnya.

Desi Kurnia juga memberikan tanggapan bahwa hukum di Indonesia di ketatkan dengan lockdown tetapi Negara lain masih mudah masuk dengan membawa Virus.

"Menurut saya sangat percuma apabila Indonesia melakukan lockdown semua masyarakat sedangkan negara lain masih bisa masuk ke Indonesia dengan membawa covid-19 tersebut, " imbuhnya. ( Epak/ Yaniz )

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.