Tak Ada Filosofi, Jadi Buku Pertama Tini Pasrin

Tini Pasrin (Dokumen pribadi) 

Papyrus - Mahasiswa Program Studi Ilmu  Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Tini Pasrin menerbitkan buku pertama dengan  judul "Tak Ada Filosofi".

Penulis mengatakan buku "Tak Ada Filosofi" diangkat dari kisah-kisah tragedi manusia untuk menegaskan jika setiap orang mempunyai luka masing-masing.

"Saya mengangkat kumpulan cerpen ini dari refleksi bahwa sebagai manusia seringkali kita menghindari luka. Menganggap kalau menangis, bersedih adalah emosi yang harus disembunyikan. Padahal ekspresi kesedihan sudah menjadi hakikat kita," ucapnya saat diwawancarai Papyrus via Whatsapp pada Rabu, (18/3)

Buku tersebut bagi penulis hadir untuk mengingatkan setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Sehingga kehadiran kita bagi satu sama lain menurut penulis sangatlah penting untuk saling menguatkan dan hidup bersama dengan bijak.

Tini juga menambahkan inspirasinya menulis buku adalah dari Norman Adi Satria dan selain itu, sejak SMA juga ia senang membaca novel terjemahan.

"Penyair ini (Norman Adi Satria) sering menyuguhkan puisi tentang hal-hal kecil tapi berpengaruh besar dalam kehidupan. Dia melihat dengan dalam setiap peristiwa manusia," katanya.

Dia melanjutkan, "Membaca tulisan terjemahan membuat saya punya pandangan dan menggambarkan sesuatu lebih rinci dalam setiap kesempatan menulis sejak SMA. Karena tulisan terjemahan punya gaya yang berbeda," jelasnya.

Tini mengaku bahwa ia adalah orang dengan tipe terburu-buru. Sehingga sebelum disebarluaskan kepada pembaca, dia meminta beberapa orang untuk mereview bukunya.

"Ada banyak tanggapan positif dan tidak sedikit pula, masukan yang berharga buat saya. Sehingga dengan begitu saya bisa mengukur diri dan memperbaiki kembali tulisan untuk kemudian disebarluaskan kepada pembaca. Karena saya ingin pembaca mendapat suguhan yang terbaik dari yang bisa saya sajikan," aku mahasiswa semester enam tersebut.

Dia berharap kepada mahasiswa Unitri agar berani menulis dari hal yang sederhana dan menaruh cinta di dalam setiap karya.

"Mengutip dari yang di sampaikan Pak Fathul Qorib, orang yang berpengaruh dalam berhasilnya buku saya, dia mengatakan bahwa tidak ada karya yang jelek. Karna sejelek-jeleknya karya adalah karya yang tidak dikerjakan sama sekali. Jadi jangan takut berkarya sesuai potensi masing-masing," tutupnya. (Kristi)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.