Hari Pria Internasional, Kembangkan Hubungan Antar Gender

Dosen Ilmu Komunikasi Sulih Indra Dewi, S. Sos., M.A saat ditemui Papyrus diruangannya


 Papyrus - Memperingati Hari Pria Internasional, Sulih Indra Dewi, S. Sos, M.A selaku dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, angkat bicara terkait isu tanggapan laki-laki berkembang dimasyarakat.

Tujuan merayakan Hari Pria Internasional adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan pemuda dan pria serta mengembangkan hubungan antar gender.

"Kesetaraan gender bukan hanya tentang isu laki-laki, melainkan tentang laki-laki dan perempuan sama mempunyai peran dan kepentingan untuk mewujudkan kesetaraan gender," ungkap Sulih saat ditemui Papyrus diruangannya. Rabu (18/11).

Sulih juga menjelaskan, media menjadi dinding gambaran sosok pria perkasa dan tangguh. Dan juga bagaimana masyarakat melihat kesetaraan gender dari sisi kesadaran laki-laki maupun perempuan.

"Karena masih banyak mitos yang mengatakan bahwa laki-laki tidak akan sakit, tidak boleh menangis dan menunjukkan sisi lemah. Karena itu adalah budaya yang sangat berat. Kita merujuk pada hasil penelitian bahwa harapan hidup laki-laki lebih rendah dari pada perempuan, banyak faktor yang mempengaruhi harapan hidup laki-laki salah satunya tentang kesehatan," jelasnya.

Sulih juga menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan menempatkan hak Individu dalam kesetaraan gender.

"Dalam setiap gender itu sudah mempunyai hak masing-masing, sehingga itu yang menjadi harapan untuk isu-isu yang menggambarkan ketidaksetaraan gender," tuturnya.

Ketua Komisariat GMNI FISIP Unitri, Siprianus Benggo Ole saat ditemui Papyrus

Ketua Komisariat GMNI FISIP Unitri Siprianus Benggo Ole mengatakan, bahwa kesetaraan gender merupakan tujuan untuk memberikan peluang terhadap perempuan dalam segala bidang.

"Sebelum adanya kesetaraan gender dominasi laki-laki dimasyarakat sosial, laki laki lebih tinggi dari pada perempuan, seperti hukum patriarki. Perempuan hanya dijadikan objek dan tidak boleh melakukan apa yang dipekerjakan laki-laki. Namun setelah adanya kesetaraan gender, laki-laki memberikan peluang kepada perempuan untuk mengekspresikan ruang likup dan kesetaraan gender," tutupnya. (Tina/Suji)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.