Peduli Literasi, Komunitas Merah Berani Buka Lapak Baca

 

Pengujung lapak baca saat sedang membaca buku

Papyrus - Komunitas Merah Berani, komunitas yang memiliki konsen terhadap kegiatan literasi, ditemui membuka lapak baca di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Kamis (24/06/2021).

Ketua komunitas Merah Berani Jeksen Siafu, ketika ditemui saat sedang menggelar lapak baca kemarin siang di Graha Utama, mengaku jika dalam waktu seminggu mereka bisa dua sampai tiga kali menggelar lapak baca.

“Diwaktu senggang, kami bisanya dalam seminggu bisa dua sampai tiga kali membuka lapak baca, dikampus-kampus dan ditempat keramaian seperti Ijen, car free day. Kami biasanya buka lapak ditempat-tempat seperti itu,” ungkapnya.

Jeksen juga mengaku, ditengah masa pandemi ini mereka tetap menjalankan kegiatan buka lapak baca, hanya saja tidak semaksimal seperti dimasa normal.

"Ketika pandemi kami tetap jalan, walaupun tidak semaksimal sebelumnya.  Sering kali kampus yang kami datangi mahasiswanya tidak ada. Ditutupnya tempat-tempat keramaian juga menjadi kendala bagi kami, semua itu menjadi kendala bagi kami untuk menjalankan kegiatan ini,” ujarnya.

Komunitas ini didirikan pada tahun 2018 lalu, dengan motivasi untuk memberikan kemudahan dalam hal penjangkauan buku-buku seperti sastra, politik, sejarah dan filsafat untuk dapat dibaca baik oleh mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu juga kegiatan komunitas ini juga dimaksudkan untuk melihat dan mengukur sejauh mana tingginya tingkat literasi mahasiswa dan masyarakat.

“Buku-buku yang kami sediakan ini didapat dari hasil sumbangan sukarela, juga hasil dari mengumpulkan buku-buku pribadi setiap anggota. Jika ada teman-teman yang mau menyumbangkan buku-bukunya kami menerima itu. Sejauh ini kami belum pernah membeli buku untuk komunitas ini,” tambahnya.

Anggota komunitas ini seluruhnya berjumlah lima belas orang, dengan struktur keorganisasian yang terdiri dari ketua yang disebut sebagai kepala suku, sekertaris dan juga bendahara. Jeksen mengaku, organisasi yang dia dan teman-temannya kelola ini tidak terlalu kaku dalam pengelolaan struktur organisasinya.

“Jumlah anggotanya berjumlah lima belas orang, tapi sekarang yang aktif sekitaran sepuluh orang. Ketuanya kami sebut sebagai kepala suku, lalu dibawanya ada sekertaris dan bendahara. Komunitas ini bersifat tidak kaku seperti organisasi-organisasi lainnya,” jelasnya.

Anggota dari komunitas ini terdiri dari mahasiswa-mahasiwa dari beberapa kampus di Malang dan juga dengan semester atau tingkatan yang berbeda pula.

“Saya sendiri dari IKIP Budi Utomo, ada beberapa teman yang dari Unisma, dari Unmer dan dari Universitas Kanjuruan juga, yang belum ada itu anggota dari Unitri, makanya kami sering kesini. Dan kita juga semesternya  bervariasi ya, ada semester delapan, ada yang semester dua bahkan, ada yang semester empat dan juga ada yang semester enam,” tutupnya. (Dian/Alex)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.