Beradu Nasib di Kota Orang Berbekal Jualan Mie Ayam

Ilustrasi. Beradu Nasib di Kota Orang Berbekal Jualan Ayam

Papyrus - Pak Yanto asal Solo penjual sekaligus pembuat mie ayam sendiri, yang terletak di belakang kampus Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, menuturkan omset yang tidak menetap. Rabu, 22/12.

Mie ayam merupakan makanan yang mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia, selain rasanya yang enak harga mie ayam juga terbilang terjangkau. Serta mudah ditemui di pinggir jalan. 

Pak Yanto merupakan penjual mie ayam yang sudah berjualan sejak tahun 1999 atau sekitar 22 tahun lamanya. Penjualan ini berlokasikan di belakang kampus Unitri. 

Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa untuk memulai jualan, modal awal yang dikeluarkan sekitar Rp. 3 juta. Hal itu sudan merupakan modal bersih .

"Mulai dari gerobak sampe piring saya menghabiskan uang segitu," ujar Yanto.

Pak Yanto juga menjelaskan mie yang digunakan merupakan buatan sendiri dan sudah jelas fresh dan kenyal pastinya. "Mie saya buatan sendiri " ujar Yanto.

Mie ayam Pak Yanto yang berolakasikan di belakang kampus Unitri tersebut biasanya hanya sisa sedikit saja. Karena selalu ramai oleh mahasiswa ketika jam makan siang, terkadang juga sering dipesan oleh dosen.

Menurut pengakuannya, jika terdapat sisa mie ayam maka akan di makan sendiri. Selain itu, ia juga menambahkan jika terdapat sisa sayur dan bahan yang masih bisa digunakan, maka akan tetap digunakan untuk hari besok. 

"Saya pilih yang segar-segar dan akan di jual lagi," katanya.

Untuk mempersiapkan dagangannya, biasanya Yanto menyiapkan sendiri di karenakan Yanto hanya tinggal sendiri di Malang. Sebab anak dan istri yanto berada di Solo dan tidak ikut tinggal di Malang karena anaknya bersekolah. 

"Semuanya saya siapkan sendiri dari mie, sayur dan ayam, jam 3 pagi saya kepasar dan menyiapkan sendiri," ujar Yanto.

Yanto menjelaskan bahwa disaat kampus Unitri melakukan kuliah secara online, beliau sangat kesulitan karna sebagian besar pembelinya banyak dari mahasiswa Unitri. namun saat mahasiswa Unitri melakukan perkuliahan secara online ia juga berjualan dengan keliling kampung untuk mencari pembeli.

 "Ya saya juga berjualan keliling sewaktu mahasiswa berkuliah secara online, jadi biar ada pemasukan," tambahnya.

Yanto juga sempat mengatakan bahwa keuntungan beliau kadang tidak menentu di saat dagangan mie ayam Yanto ramai beliau bisa mendaptkan keuntungan bersih sekitar Rp 250 ribu namun ketika dagangan mie ayam pak Yanto sepi beliau bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp100 ribu

"Kalo keuntungan kotornya sekitar Rp 500 ribu sampai Rp. 600 ribu tapi kalau keuntungan bersihnya sekitar Rp 100 ribu itu kalau sepi kalau rame sekitar  Rp 250 ribu," tuturnya.

Dengan kembalinya mahasiswa Unitri berkuliah secara luring, Yanto selaku penjual mie ayam dapat bernafas dengan lega karna beliau sudah tidak perlu berjualan keliling di kampung agar mie ayamnya dapat laku sampai habis. 

"Semoga kampus Unitri bisa berkuliah secara luring lagi, supaya saya tidak perlu berjualan berkeliling sampai mie ayam saya habis," jelasnya. ( Aisyah Tri Mulyani )

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.