Demi Menyambung Hidup, Seorang PKL Jual Telur Goreng

Pak Rinto saat sedang berjualan telur goreng

Papyrus - Akibat Covid-19, Salah satu Pedagang Kaki Lima (PKL) merasakan dampak buruk, sehingga membuatnya bagun usaha sendiri. Bertempat di Merjosari, Rabu 22/12.

Pandemi adalah wabah yang mengakibatkan perekonomian di seluruh dunia menurun, mulai dari kalangan menengah atas hingga masyarakat biasa. Kota Malang menjadi salah satu yang terdampak pandemi Covid-19, segala aktivitas masyarakat di batasi mulai dari pedagang kaki lima hingga perkantoran di tutup.

Pandemi menjadi wabah yang ditakuti oleh semua orang. Walaupun demikian, banyak orang yang masih beraktivitas seperti biasa dan memenuhi protokol kesehatan dari pemerintah.

Pak Rinto, salah satu terdampak pandemi Covid-19, Ia mengakui penghasilannya mengalami penurunan drastis selama pandemi. Demi menyambung hidup keluarganya ia menjual telur goreng dengan penghasilan yang seadanya. 

"Semenjak adanya pandemi hasil jualan saya kian menurun setiap hari. Karena sebelum adanya pandemi hasil jualan  telur goreng saya lumayan besar. Selama pandemi berlangsung hasil jualan tidak sesuai target saya," Ungkapnya saat diwawancarai wartawan Papyrus Senin 20/12.

Sebelum menjadi PKL, ia juga pernah bekerja di perusahaan perternakan di Jombang. Karena sering merasa jauh dari keluarga, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti kerja di perusahaan perternakan. 

"Saya pernah bekerja di perusahaan Perternakan di Jombang selama 25 tahun. Pada akhirnya saya keluar dari perusahaan karena tempat kerja saya jauh seringkali saya jauh dari keluarga, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berkerja dan mulai membuka bisnis telur goreng di merjosari," jelasnya.

Ia juga menambahkan, ada dua jenis jualan telur goreng miliknya, yaitu telur biasa dan telur sosis. Pelanggan yang membeli kebanyakan orang madura.

"Saya memiliki dua jenis jualan telur goreng yaitu telur biasa dengan harga seribu rupiah dan telur pake sosil dua ribu rupiah. Pelanggan yang sering membeli telur saya yaitu orang madura, karena mereka itu suka sekali dengan telur goreng," Tambahnya.

Ia juga menerangkan bahwa penghasilannya tidak menentu setiap harinya, kadang pembelinya ramai kadang juga sepi. Ia bekerja setiap hari tanpa mengenal hari libur di taman merjosari.

"Penghasilan saya setiap hari itu tidak menentu kadang empat ratus ribu rupiah dan kadang tiga ratus ribu rupiah rupiah. Saya membuka dagangan mulai jam 14.00-22.00 malam,” Terangnya.

Selama ia menjadi PKL, kebutuhan setiap harinya terpenuhi walaupun dengan penghasilan yang masih lumayan namun bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga.

"Alhamdulillah untuk kebutuhan setiap hari lumayan baik, setidaknya bisa memenuhi makan untuk anak dan istri saya," jelasnya. (Paskalis Lisa)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.