Berita Duka Dari Petani Tomat, Harga Panen Menurun Jelang Nataru
Bapak Asyim seorang petani tomat saat di wawancarai wartawan papyrus |
Papyrus - Menjelang Natal dan Tahun Baru alam menjadi kurang ramah karena curah hujan tinggi. Hal ini menjadi sumber keresahan bagi para petani karena banyak usaha tanaman yang gagal panen. Hal yang sama juga di alami oleh salah satu Petani Tomat yang berada di Tlogomas, Kota Malang, harga tomat menurun, sementara harga pupuk tanaman kian melonjak Rabu, 22/12.
Ditengah pandemi yang belum usai, tentunya banyak juga kebutuhan yang perlu dicukupi. Sementara para petani perlu berlomba-lomba agar usaha mendapatkan hasil panen yang baik. Namun justru karena curah hujan yang tinggi semenjak bulan Oktober 2021 lalu membuat banyak usaha tanaman yang gagal panen dan rusak.
Salah satu Petani Tomat, Asyim, mengungkapkan keluhan banyak usaha tomatnya yang gagal panen karena curah hujan tinggi. Sementara harapan satu-satunya untuk perekonomian keluarga adalah dengan bertani.
“Saya menjadi petani dari kecil, orang tua saya petani juga. Makanya saya membantu mereka mengelolah kebun ini. Sekarang mereka sudah tiada sehingga usaha bertani tomat ini saya lanjutkan untuk menghidupi keluarga,” ungkapnya saat diwawancarai wartawan Papyrus Selasa 21/12.
Ia juga menyampaikan, di samping curah hujan yang tinggi, harga pupuk juga naik sedangkan kebutuhan tanaman agar mendapatkan hasil panen yang baik adalah dengan memberikan pupuk. Sementara dipasaran justru harga tomat menjadi menurun.
“Tomat sekarang di pasar kalau dijual, orang akan beli dengan harga murah. Padahal sekarang harga pupuk justru malah naik. Jadi, tidak sesuai dengan pemasukan dan pengeluaran kami sebagai Petani Tomat,” lanjutnya.
Pak Asyim menjelaskan, bila dimasa pandemi tomat hanya dijual murah sesuai dengan standar pasaran, sementara jauh sebelumnya di jual dengan harga yang lebih tinggi. Tentu saja hal ini sangat merugikan bagi usahanya.
“Dulu, harga tomat kalau dijual perkilogram itu seharga Rp 5 ribu sampai Rp 7 ribu. Tidak tahu sekarang harga tomatnya kalau dijual di pasar malah turun menjadi Rp 2 ribu perkilogram. Rugi sih, tapi mau bagaimana lagi, untuk menghidupi keluarga yang uangnya dari usaha tomat ini,” keluhnya.
Meskipun demikian, Petani Tomat yang biasa disapa Pak Asyim ini tetap terus menjalankan profesinya sebagai Petani Tomat, karena menurutnya naik turun harga jual tomat sudah menjadi hal yang biasa. Ia juga berharap kelak harga Tomat naik serta harga pupuk menurun.
“Kami sebagai petani ini dengan kondisi harga usaha yang terus naik dan turun, ya sudah biasa. Tapi, harapannya, nanti harga tomat bulan depan atau tahun depan pas panen lagi, akan naik dan harga pupuk juga turun,” jelasnya. (Amilia rohma nur izza)
Tidak ada komentar