Perkuliahan Luring dan Daring, Siapa yang diuntungkan?
Bapak Latif Fianto (sebelah kanan) saat diwawancarai wartawa Papyrus (sebelah kiri) |
Papyrus - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Latif Fianto, S.I.Kom., M.I.Kom., bersyukur adanya proses perkuliahan luring dan daring bagi mahasiswa membawa perubahan dan dosen bisa menilai mahasiswa secara tidak langsung.
Latif mengatakan bahwa perkuliahan luring yang dilakukan saat ini sudah membantu, walaupun masih bergantian jadwal dengan perkuliahan daring. Akan tetapi, setidaknya membantu agar mahasiswa dapat menelan materi yang diberikan dan mengenal lingkungan kampus dengan baik terkhusus mahasiswa semester 3.
“Perkuliahan semacam ini saya rasa bagus dan itu bagian dari adaptasi, karena mulai kesini kondisi Covid sudah mendingan. Jadi ini adalah tahap adaptasi terhadap keadaan, separuh luring separuhnya lagi daring dan saya kira itu cukup bagus untuk mungkin tahun depan atau kapan luring semua misalnya," tutur Latif saat didatangi wartawan Papyrus, senin 20/12.
Latif juga menyampaikan, bagaimana seluruh mahasiswa dalam mendengar dan menelaah setiap mata kuliah yang mereka terima dari para dosen. Sebagian mahasiswa mungkin aktif dalam beberapa mata kuliah apabila saat perkuliahan luring.
“Tetapi, dengan adanya luring dan daring kita bisa tahu bahwa kalau mahasiswa mana saja yang paham dan tidak paham materi kuliah yang sudah diberikan. Sementara kalo daring aja itukan kita enggak tahu yang mana benar-benar perhatikan dan dengarkan atau sebenarnya mereka tidur sehingga kemudian materi enggak nyampe. Semisalnya kita tanyakan kembali waktu masuk luring mereka itu kayak enggak konek gitu dan lupa sama materinya mungkin karena memang efek dari kuliah daring yang memungkinkan mahasiswa itu yang penting nongkrong aja depan kamera gitu," ujarnya lagi.
Hermelinda Kurniati Sengol, mahasiswi Program Studi (Prodi) Agribisnis, mengatakan banyaknya hal yang harus dihadapi, kendala dalam perkuliahan secara daring. Terlebih bagi mahasiswa yang masih berada di kampung halaman mereka.
“Kalau dari saya perbedaan yang kita dapat saat kuliah online dan offline itu sangat banyak. Kita tentu tidak tahu seberapa kuat dan lemahnya jaringan dikampung kita masing-masing dan kadang juga kita kehabisan kuota tiba-tiba dan itu menurut saya sangat menyebalkan. Beda kalau semisal kita kuliah offline, kita bisa berinteraksi tanpa canggung dan juga bisa lebih dekat dan mengenal satu sama lain atau juga mengenal lingkungan kampus lebih jauh," ucapnya.
Hermelinda juga mengungkapkan perkuliahan offline itu lebih dan bahkan sangat efektif dibandingkan dengan perkuliahan online yang cukup membosankan.
“Harapannya semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga semua situasi yang kaku ini juga bisa ikut berlalu bersama pandeminya sehingga semua kegiatan kita baik sebagai masyarakat biasa, pekerja dan para anak sekolah serta mahasiswa bisa melakukan kegiatannya secara normal atau seperti sedia kala," jelasnya. (Yosephina Danggut)
Tidak ada komentar