Wilbur Lang Schramm dan Ilmu Komunikasi
Penulis: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unitri, Fenansio Deyesus
Papyrus - “Bangun tidur, tidur lagi. Bangun tidur, tidur lagi. Bangu! tidur lagi.” Jika dipikir-pikir Mbah Surip ada benarnya juga, sebab kehidupan manusia memang selalu di awali dengan bagun tidur di pagi hari, dan akan ditutup dengan tidur pada malam hari. Rentang antara bangun dan tidur itulah, manusia akan disibukan dengan kegiatan hidupnya. Kehidupan manusia yang ter-rentang antara bangun dan tidur itu tadi, akan tampak kering jika tidak disertai dengan interaksi di antara sesama mereka.
Misalnya ucapan “selamat pagi” dalam satu rumah, antar suami dan istri, antar anak dan orang tua, antar adik dan kaka. Diluar rumah, misalnya antara guru dan murid, antar dosen dan mahasiswa dan antar atasan dan bawahan. Ucapan selamat pagi yang dibalut dengan senyuman, itu sama seperti nikmatnya kopi dengan gorengan yang kedua-duanya sama-sama hangat yang dinikmati di pagi hari untuk menjalani hari yang seharian penuh itu sampai kepada waktu tidur lagi. Betapa nikmatnya. Ungkapan “selamat pagi,” hanyalah sampel kecil dari pada fenomena komunikasi manusia dalam menjalani kehidupannya, dalam kehidupannya sehari-hari.
Manusia
tidak hanya hidup di pagi hari saja, tetapi ia hidup sepanjang hari, dalam satu
hari, paling tidak itulah yang mereka inginkan. Dalam kehidupan manusia, tentu
saja mereka akan berkomunikasi sepanjang hari. Semacam ada rasa ketakutan dalam
diri manusia, jika mereka tidak berkomunikasi, sebab manusia, rasa-rasanya
takut pada ketidak pastian, walaupun manusia sendiri adalah makluk yang tidak
pasti. Komunikasi membuat segala sesuatunya menjadi tampak pasti di hadapan
manusia, walaupun sebenarnya tetap tidak pasti-pasti juga. Itulah mengapa
komunikasi menjadi sangat penting bagi manusia. Komunikasi membuat manusia
menjadi berani untuk menghadapi kehidupannya. Itulah mengapa fenomena
komunikasi sangat melekat pada eksistensi manusia. Komunikasi ada bersama
keberadaan manusia, sebagai homo sociocus atau mahkluk sosial. Peradaban
manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi.
Komunikasi,
pada mulanya adalah bukan merupakan sebuah disiplin ilmu seperti yang kita
kenal seperti sekarang ini. Komunikasi pada mulanya adalah pisau bedah, yang
digunakan oleh para pakar dari ilmu-ilmu seperti Ilmu Politik, Matematika,
Psikologi, Sosiologi, Bahasa dan lainnya untuk membedah ilmu-ilmu tersebut.
Jadi para pakar seperti Horld Lasswell, Kurt Lewin, Carl Hovland dan Paul
Lazarsfeld, akan mempelajari komunikasi untuk kemudian digunakan sebagai alat
untuk mengkaji disiplin ilmu mereka masing-masing. Mungkin kita akan menjadi
bingung dan lalu mengatakan bahwa, kajian khusus tentang komuniksi itu sebenarnya
sudah ada, yaitu yang sudah ada dalam retorika. Tetapi bukankah retorika
bukanlah sebuah disiplin ilmu, ia melainkan hanyalah sebuah teknik berbicara
bom bastis yang bertujuan untuk membujuk kahlayak.
Jadi,
sebelumnya tidak ada yang namanya disiplin Ilmu Komunikasi, sampai Wilbur Lang
Schramm mencomot satu persatu dan kemudian merekonstruksinya dari berbagai
cabang ilmu yang menggunakan komunikasi sebagai alat tadi, dan kemudian
menjadikannya sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh. Meski begitu, namanya
tidak terlalu dikenal oleh mahasiswa Ilmu Kominikasi sendiri. Betapa malang
nasibnya. Seandainya Ia masih hidup, mungkin ia akan berkata kepada kita yang
mengakukan dirinya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi ini, “Dasar kacang lupa
kulit!”
Disiplin
Ilmu ini lahir dalam keadaan dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Ya, perang
dunia I dan II menjadi latar belakang dari lahirnya disiplin ilmu ini. Pada
masa perang seperti itu, negara-negara penjajah akan getol sekali menggunakan komunikasi,
dalam hal ini adalah propaganda, yang digunakan sebagai strategi dalam
memenangkan perang. Pada saat itu juga sedang maraknya kajian dibidang
perdagangan atau pemasaran, ditambah lagi dengan kajian pendidikan yang sedang
barkembang, terutama dalam bidang public
speaking. Beberapa hal yang sudah diungkapkan di atas, menjadi latar
belakang dari lahirnya disiplin ilmu komunikasi, dengan Wilbur Lang Schramm sebagai
orang yang bekerja dalam melegitimasi disiplin ilmu ini. Pada tulisan ini, kita
akan melihat bagaimana Wilbur Lang Schramm yang adalah seseorang anak yang
gagap, yang sulit dalam berbicara, tetapi pada akhirnya malah menjadi seseorang
yang menjadikan komunikasi menjadi sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh.
Selayang
Pandang Tentang Wilbur Lang Schramm
Wilbur
Lang Schramm lahir pada tanggal 5 agustus 1907 di Marietta, sebuah kota kecil
di perbatasan sebelah selatan negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Nenek
moyangnya berasal dari Schramsbrug Jerman, yang pada perang dunia pertama
mengalami kesulitan, akhirnya pindah ke Amerika yang merupakan negara terbuka
yang banyak menerima imigran. Keluarganya merupakan keluarga musikal kelas menengah,
Wilbur Lang Schramm sendiri mahir dalam memainkan flute.
Sejak
lahir, dia memiliki ganguan pada organ bicaranya, dia menderita gagap dan akan
mengalami kesulitan ketika berbicara. Karena penyakitnya itu, Ia selalu
menghindar dari berbicara di depan umum. Ayahnya, Arch Schramm adalah seseorang
pengecara dan memiliki harapan kelak anaknya ini akan melanjutkan profesinya,
tetapi karena Wilbur Schramm menderita gagap, harapan itu menjadi pupus.
Schramm memang mengalami gangguan dalam berbicara, namun Ia memiliki kepandaian
menulis yang sangat baik. Kepandaian ini nanti akan Ia gunakan untuk bekerja
diparuh waktu kuliahnya.
Schramm
akan mengambil kuliah Master of Art di
Harvad University dibidang peradaban
Amerika, pada tahun 1930. Di sini Schramm akan terpengaruh dengan seseorang
filosof yang ternyata juga gagap seperti dirinya. Filosof itu adalah Alfred
North Whitehead. Setelah mendapatkan gelar MA, Schramm berniat untuk
melanjutkan kuliahnya di Harvad, tetapi berhubung Ia tidak memiliki cukup uang,
maka Ia akhirnya memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Iowa yang
biaya kuliahnya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan Universitas
Harvad. Di Iowa University, Schramm mengambil doktoralnya (Ph.D) dibidang
sastara Inggris.
Pada
tahun 1932 Ia menamatkan doktoralnya itu, lalu melanjutkan post doctoral di sana juga, dibawa bimbimgan Profesor Carl E
Seashore selama dua tahun dalam bidang psikologi. Selama 1935 sampai 1942
Schramm menjadi asisten profesor, di jurusan Bahasa Inggris di Lowa University. Di sini dia dipercaya
sebagai Director Lowa Writers’ Workshop, sebuah
perkumpulan kerja para penulis. Perkumpulan ini berisi mahasiswa pascasarjana
yang bekerja secara giat dibawa bimbingan Schramm dalam melatih kemampuan
menulis fiksi. Perkumpulan ini yang nanti akan digunakan oleh Schramm sebagai titik berangkat dari disiplin ilmu
komunikasi di Iowa University, di Ilinois dan di Stanford.
Di
Iowa University, Schramm bertemu juga dengan seseorang ahli psikologi dari
Universitas Berlin. Dia adalah Kurt Lewin. Selain pendidikannya yang sudah dia
tempuh, yaitu Master of Art dibidang
peradaban Amerika, doktoralnya dibidang Sastar Inggris dan post doctoralnya
dibidang Psikologi, pertemuannya dengan Kurt Lewin itu ikut mempengaruhi
dirinya dalam mendirikan disiplin ilmu komunikasi di kemudian hari. Selain
bertemu dengan Kurt Lewin, Schramm juga bertemu dengan Paul Lazarsfeld dan
Theodore Adorno yang berlari dari tempat asalnya, Jerman karena kekejaman Nazi
dibawa Hitler. Theodore Adorno dan juga Paul Lazarsfeld akan bergabung dengan
ilmuan Amerika seperti Carl Hovland dan Harold Laswell dan juga Schramm sendiri
untuk melakukan riset komunikasi. Mereka mengatur jadwal dan akan bertemu
sesuai dengan jadwal itu, untuk membahas tentang komunikasi dalam rangka untuk
mengatasi perang dunia kedua pada waktu itu.
Pemerintah
Federal Amerika serikat melakukan beberapa penelitian komunikasi selama perang
dunia ke-dua, dan ini nantinya akan juga mempengaruhi ragam studi komunikasi di
Amerika. Penelitian komunikasi yang dilakukan pemerintah itu membawa Schramm
nantinya akan bekerja di Office of Facts
and Figures atau Office of War
Information, sebuah badan yang
bertangung jawab terhadap propaganda perang, baik untuk konsumsi nasional
maupun untuk konsumsi luar negri.
Wilbur
Lang Schramm Dan Legitimasi Disiplin Ilmu Komunikasi
Pada
tahun 1942 Schramm bekerja pada Office of
Fakts and Figure (OFF) atau Office of
War Information (OWI) selama lima belas bulan. Selama lima belas bulan itu,
Dia dan beberapa ilmuan yang juga memiliki perhatian khusus pada studi
komunikasi akan sering bertemu di gedung perpustakaan kongres. Mereka bertemu
disana dalam rangka untuk memutuskan informasi mana yang baik dan mana yang
tidak baik untuk diinformasikan kepada publik Amerika pada waktu itu. Hal itu
dilakukan untuk mengelorakan moral masyarakat Amerika. Karena itu juga mereka
pun menentukan media apa yang cocok untuk digunakan dalam menyampaikan
informasi kepada publik Amerika secara tepat. Selain itu juga kelompok kecil
ini juga rajin melakukan cross ceck
dengan menggunakan berbagai penelitian survei.
Selama
bekerja di OFF atau OWI itulah,
Schramm mendapatkan visinya terhadap disiplin ilmu komunikasi. Hal ini
dikemukankan oleh murid Schramm, David Maning yang menamatkan gelar doktoral
(Ph.D) komunikasinya di Iowa University, bahwa riset komunikasi massa dimulai
di gedung perpustakaan kongres pada tahun 1942.
Setelah
lima belas bulan bekerja di OFF atau OWI, Schram kembali ke University of Iowa. Di Univeritas Iowa,
Schramm ditawari jabatan sebagai Direktur Sekolah Jurnalistik. Sempat mengalami
dilema dalam mempertimbangkan apakah dia harus menerima atau menolak tawaran
itu, alasannya adalah karena jika dia menerima tawaran itu, dia merasa risih
karena selama ini dia tidak pernah menjadi jurnalis penuh waktu. Tetapi, jika
dia menolak tawaran itu, maka kesempatannya untuk mengembangkan visinya tentang
disiplin ilmu komunikasi akan mengalami kesulitan. Setalah lama dalam
menimbang-nimbang tawaran itu, akhirnya Schramm menerima tawaran itu. Setelah
menerima tawaran itu, Schramm berhasil membuka program doktoral komunikasi
dengan dua spesialisasi dalam program doktoral itu, yaitu komunikasi massa dan
komunikasi interpersonal.
Sebenarnya
di Universitas Iowa, sejak 1930, disiplin Ilmu Komunikasi sudah diajarkan.
Disiplin ini berfokus pada Jurusan Pidato dan Seni Drama, yang menawarkan
program Ph. D. Disiplin ilmu ini memberikan tekanan pada Studi Pidato dan
Interaksi Interpersonal. Semula Schramm memikirkan untuk menanam visinya
tentang disiplin Ilmu Komunikasi yang dibawanya itu melalui Jurusan Pidato dan
Seni Drama ini, tetapi akhirnya toh dia memilih menanamkan visinya itu kedalam
Sekolah Jurnalistik. Ini membuat Universitas Iowa pada waktu itu memiliki dua
disiplin Ilmu Komunikasi, yakni Jurusan Pidato dan Seni Drama dan yang kedua
adalah Sekolah Jurnalistik.
Universitas
Iowa mengajarkan Jurnalistik sejak 1900. Sekolah Jurnalistiknya sendiri baru
dibuka pada 1924 dibawa instruktur pertamanya George H Gallup. Di Universitas Iowa,
Gallup mengajarkan editing berita, periklanan, copyreading, dan magazine
rwiting di sekolah jurnalistik.
Pada waktu Schramm menerima twaran sebagai Direktur Sekolah Jurnalis di
Universitas Iowa, dia memberi persayaratan berupa blue print kepada pihak Universitas untuk dipenuhi. Blue Print itu mencakup tiga aspek,
yakni yang pertama adalah Schramm mau menjadikan Sekolah Jurnalistik menjadi
sekolah yang unggul di Universitas Iowa, yang kedua adalah pendidikan
jurnalistik bukan saja sebagai pendidikan vokasi belaka, tetapi juga sebagai
jenjang akademik dan yang ketiga adalah visinya tentang human communication akan Ia terapkan dalam blue print tersebut.
Pada
1947 Schramm meninggalkan Universitas Iowa dan pindah ke Universitas Ilinois.
Disini, dia menjadi Direktur Peneltian Institut Komunikasi, Direktur
Universitas Ilinois Pers dan asisten rektor. Ketika 1950, Universitas Ilinois
mendirikan devisi komunikasi, Schramm diminta untuk menjadi Dekan di devisi
itu. Devisi ini akan membawahi beberapa bidang, diantaranya adalah sekolah
jurnalistik dan komunikasi, perpustakaan universitas, stodio TV dan radio
kampus, kantor alumni, institut penelitian komunikasi dan lain sebagainya.
Sebagai
Direktur Universitas Ilinois Pers, Schramm meminta kepada kedua sahabatnya
Claude Shanan dan Waren Waever untuk memnerbitkan buku mereka The Mathematical Theory of Communication. Buku
ini memuat model komunikasi dalam teori informasi. Nantinya Schramm akan
mengembangkan teori ini untuk menjelaskan teori interaksi komunikasi manusia.
Schramm kemudian menjadi direktur dan pendiri Institute of Communications Research, dan mendirikan program
doktoral pertama di Universitas dengan mendasarkan pada instute ini.
Catatan
Penutup
Masyarakat
Dayak di Kalimantan sangat menggantungkan hidupnya kepada hutan. Di dalam hutan
ada sungai, ada rotan, ada hewan buruan, ada ladang, ada kayu yang dapat
digunakan untuk membagun rumah mereka dan masih banyak lagi hal lain yang dapat
digunkan untuk menopang kehidupan mereka. Tanpa adanya hutan masyarakat dayak
akan musnah. Terdapat sebuah ketergantungan yang sangat di sana.
Tepat
begitulah rasanya hubungan antara manusia dengan komunikasi. Maka tidaklah
berlebihan jika manusia mempelajari belantara interaksi sosialnya melalui
disiplin Ilmu Komunikasi. Seperti orang Dayak mempelajari karekteristik hutan
mereka setiap harinya ketika mereka masuk kedalamnya untuk mencari penghidupan
di dalamnya. Manusia juga setiap hari masuk kedalam interaksi sosial untuk
mencari kehidupannya dengan melalui komunikasi. Di dalam belantara interaksi
sosial itu, terdapat benyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh manusia.
Dan satu-satunya alat untuk mengatasi masalah itu adalah komunikasi. Oleh sebab
itu, mempelajari disiplin ilmu komunikasi adalah salah satu jalan yang baik
dalam menjalani kehidupan di dalam belantara interaksi manusia yang sangat
kompleks itu.
Wilbur
Lang Schramm dalam hal ini patut mendapatkan apresiasi, karena telah membawa
sebuah hal yang kita angap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa karena sering
dan pasti kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, kedalam taraf
perenungan. Menjadikan Komunikasi sebagai sebuah disiplin Ilmu membuat manusia
dapat merenungkan dengan akalnya, interaksi yang Ia jalankan dalam lingkungan
sosialnya. Dengan perenungan-perenungan itu, kemudian menangkap pola dari
interaksinya untuk menciptakan sebuah interaksi yang lebih baik dan pasti.
Sebelum
Schramm datang untuk melegitimasi disiplin Ilmu Komunikasi, ilmu ini sebelumnya
hanyalah sebuah alat atau pisau bedah yang digunakan untuk membedah disiplin
ilmu lain, seperti politik, antropologi, sosiologi dan lainnya. Dalam bukunya
Pengantar Komunikasi Antar Budaya, Alo Liliweri mengutip Schramm yang
mengatakan bahwa disiplin Ilmu Komunikasi itu seperti oasis, tempat
berkumpulnya disiplin ilmu-ilmu lain yang seolah-olah nomadik. Ditangan Schramm
Komunikasi bukan saja hanya sebagi alat, tetapi lebih dari itu, komunikasi
adalah disiplin ilmu kunci untuk memahami ilmu-ilmu lain oleh manusia dan dari
sana lalu mencoba memahami manusia dan dunia.
Hasil
Pembacaan terhadap artikel ilmiah dengan judul: Ilmu Komunikasi dalam
Konstruksi Pemikiran Wilbur Lang Schramm oleh Nuryanto, yang dimuat di jurnal
Komunikasi Massa Vol 4 No. 2, Tahun 2011.
Tidak ada komentar