PRT Asal Sumba Disiksa di Batam, Bung Umbu Desak Perlindungan Nyata

"Bung Umbu, wartawan kampus asal Sumba dari LPM Papyrus Unitri, menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan yang menimpa Intan. Dari pena mahasiswa, dari ruang redaksi, ia menulis seruan nurani agar negara tidak lagi diam.”

Papyrus — Kekerasan terhadap Pekerja Rumah Tangga (PRT) asal Nusa Tenggara Timur kembali terjadi. Intan, PRT muda asal Sumba Barat, jadi korban penyiksaan majikan di kawasan elit Sukajadi, Batam, Kepulauan Riau. Parahnya, ia juga dipaksa melakukan kekerasan terhadap sesama PRT.

Akibat peristiwa ini, Intan harus dirawat intensif di RS Elisabeth Batam karena luka berat dan trauma psikis. Kejadian ini memicu keprihatinan masyarakat, terutama dari kalangan asal timur Indonesia.

Bung Umbu, jurnalis kampus Unitri Malang asal Sumba, menyebut kejadian ini sebagai bukti kelalaian negara.

"Kekerasan terhadap Intan bukan sekadar urusan rumah tangga. Ini potret telanjang kelalaian negara dalam melindungi rakyat kecil. Kita tidak boleh tinggal diam," tegasnya, Minggu (22/6/2025).

Komunitas Flobamora Batam mencatat, kasus seperti ini bukan pertama kali terjadi pada PRT asal NTT. Lemahnya perlindungan hukum membuat tragedi serupa terus berulang.

Bung Umbu menilai kejadian ini adalah luka bersama masyarakat NTT."Kita sudah terlalu sering menyaksikan kekerasan terhadap PRT asal timur, tapi negara tetap menonton dari jauh," ujarnya.

Ia juga menuntut pemerintah dan DPR segera mengesahkan RUU Perlindungan PRT yang sudah lama terkatung-katung."RUU PPRT tidak bisa terus disandera. Setiap penundaan bisa berarti satu nyawa lagi dalam bahaya. Intan adalah alarm keras itu," katanya.

Meski ada upaya masyarakat sipil membantu, Bung Umbu mengingatkan bahwa tanggung jawab utama tetap ada di negara."Rakyat tidak bisa terus menambal bolongnya kebijakan negara. Negara harus datang lebih awal, bukan setelah viral," jelasnya.

Sebagai mahasiswa perantau, Bung Umbu mengaku terpanggil untuk bersuara."Saya menulis ini bukan sekadar sebagai jurnalis kampus, tapi sebagai anak Sumba. Intan bisa saja saudara kita, tetangga kita, bahkan kita sendiri. Maka diam bukan pilihan," ungkapnya.

Menurutnya, konstitusi dan aturan yang ada seharusnya cukup kuat untuk melindungi PRT, tapi harus ditegakkan. Ia pun menutup pernyataannya dengan tegas

"Negara tidak boleh menunggu korban berikutnya. Intan cukup. Sudah cukup," tutupnya.(Umbu raider)

1 komentar:

  1. Merdeka 🇲🇨 semogaa masalah ini di tangan oleh yang berwewenang 💪

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.